Sabtu, 17 Desember 2011

CONSTUCTIVISM

Pertama, Constructivism. Pandangan ini berpendapat bahwa manusia secara aktif membangun (construct) pengetahuan baru saat berinteraksi dengan lingkungannya. Apapun yang seseorang lakukan baik membaca, melihat, mendengar, merasakan, dan menyentuh selalu dihubungkan dengan pengetahuan yang telah didapatkan sebelumnya (prior knowledge). Pengetahuan dapat diperkuat bila seseorang dapat menggunakannya dengan sukses dalam lingkungan yang lebih luas. Seseorang bukanlah hanya bank memori yang secara pasif menyerap informasi, ataupun pengetahuan dapat ditransmisikan pada seseorang hanya dengan membaca sesuatu atau mendengarkan seseorang berbicara.
Namun hal ini bukan berarti seseorang tidak dapat belajar apa-apa dari membaca sebuah halaman web atau mengikuti pelajaran, tentu seseorang tersebut bisa, tetapi lebih menekankan bahwa ada interpretasi lebih dari pada hanya sekadar transfer informasi dan satu otak ke otak yang lain.

Kedua, Constructionism. Constructionism menyatakan bahwa belajar sangat efektif dilakukan pada saat menjelaskan suatu konsep/hal bagi orang lain dalam rangka membangun pengalaman (experience). Hal ini dapat berupa apapun baik dari kalimat pernyataan atau postingan internet, hingga pada artifacts seperti lukisan, sebuah rumah atau sebuah paket perangkat lunak.
Sebagai contoh misalnya seseorang membaca halaman tertenu dari buku hingga beberapa kali namun tetap saja lupa pada keesokan hari- namun jika seseorang mencoba untuk menjelaskannya ide-ide yang ada dalam halaman buku tersebut pada orang lain dalam format improvisasi bahasa sendiri, atau menghasilkan sebuah slideshow yang menjelaskan konsep-konsep, akan dapat dijamin bahwa seseorang akan memiliki pemahaman yang lebih baik dimana pemahaman yang diperoleh lebih terintegrasi dalam pemikiran seseorang. Hal inilah mengapa seseorang yang mencatat pada saat kuliah, walaupun dia tidak pernah membaca catatannya kembali.
Ketiga, Social Constructivism. Social Constructivism akan memperluas ide-ide di atas ke dalam sebuah kelompok (social group), secara kolaboratif menciptakan budaya kecil dalam membagi artifacts dengan membagi meanings. Ketika seseorang ‘membenamkan’ atau melibatkan diri dalam budaya seperti ini, seseorang akan belajar sepanjang waktu bagaimana cara menjadi bagian dari budaya tersebut, pada banyak level.
Contoh yang sangat sederhana adalah obyek seperti sebuah cangkir. Obyek tersebut dapat digunakan untuk banyak keperluan, namun bentuknya telah memberikan sugesti beberapa pengetahuan mengenai penampung cairan. Contoh yang lebih kompleks adalah sebuah sebuah online course – yang tidak hanya bentuk dari perangkat lunak yang mengindikasikan sejumlah cara bagaimana seharusnya online courses bekerja, namun aktivitas-aktivitas dan teks yang dihasilkan dalam grup secara keseluruhan akan membantu bagaimana tiap orang bertingkah laku dalam sebuah grup.
Keempat, Connected and Separate. Ide ini melihat lebih dalam berbagai motivasi dari individu dalam sebuah diskusi. Perilaku yang terpisah (separated behaviour) ketika seseorang cenderung untuk mempertahankan ide masing-masing menggunakan logika untuk menemukan celah pada ide yang berseberangan dengannya. Perilaku terhubung (connected behaviour) merupakan pendekatan yang lebih empatik dalam menerima subjektivitas, mencoba untuk mendengarkan dan bertanya sesuatu sebagai upaya untuk memahami sudut pandang yang berbeda. Perilaku terkonstruksi Constructed behaviouradalah ketika seseorang sensitif pada kedua pendekatan dan mampu memilih diantara keduanya pada situasi yang sesuai.

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar

 
;